Tulisan ini saya tujukan terutama kepada adik-adik siswa SMU ke bawah. Kalau untuk para mahasiswa saya yakin mereka sudah dewasa dan sudah “mapan” sehingga mampu mengelola kegiatan belajar atau perkuliahannya dengan baik dan bijak. Kan sebutannya saja mahasiswa, so pasti ngerti “segala-galanya”. Sorry ya, bukannya nyindir lho. Sebabnya kalau kita bandingan dengan negara tetangga misalnya Australia, siswa di level university pun sebutannya sama yaitu student, bukan superstudent.
O.K. Let’s start. Waktu itu masih awal tahun ajaran baru dan saya duduk di kelas II SMP. Sebagaimana umumnya sekolah-sekolah negeri yang memanfaatkan secara maksimal fasilitas sekolah yang ada, demikian pula sekolahku terbagi dua shift (kayak di Rumah Sakit aja ada shift segala….), yaitu pagi untuk murid-murid kelas III dan sebagian kelas II serta siang untuk sebagian lagi murid-murid kelas II dan kelas I. (Jaman saya sekolah dulu tuh SMP cuma sampai kelas III, ga seperti sekarang yang sampai kelas IX, tinggi banget…). Saya termasuk yang dapat jatah siang dan tentu saja datang ke sekolah di siang hari. Kalau berani coba-coba datang pagi niscaya saya akan disuruh ngepel dulu ruang-ruang kelas yang ada…. ngga kok, just joke.
Pagi itu karena ga ada kerjaan (bukan pengangguran lho?!…. saya kan pelajar, jadi kerjanya ya belajar…), saya tanpa aba-aba ataupun komando dari siapapun iseng-iseng buka buku pelajaran Biologi, nama “kunonya” adalah Ilmu Hayat, dan tak hanya sebatas buka saja, tapi saya baca Bab Pencernaan Makanan.
Jam 12 teng WIB saya berangkat sekolah. Kebetulan hari itu memang ada mata pelajaran Biologi jam ke-tiga. Saat masuk kelas, Pak Guru Biologi tanpa ini-itu langsung perintahkan kami,”Keluarkan kertas selembar dan jawab soal berikut ini. Uraikan secara ringkas Proses Pencernaan Makanan.” Dalam hati saya,”Ini bapak Guru, tadi pagi sarapan apa ya?” “Jangan-jangan dia belum dapat jatah, maksudnya jatah makan siang.” Biasanya kan kalau mau ulangan selalu diberitahu minggu sebelumnya. Tapi yang kali ini sungguh mendadak dan tak terduga-duga.
Kami murid sekelas tanpa ada satu pun yang protes langsung ambil kertas yang diminta tadi dan mulailah tekun,entah konsentrasi atau ngelantur, menjawab soal itu. Saya ga perhatikan sekeliling kelas apakah mereka kawan-kawan bisa menjawabnya atau tidak. Saya sendiri juga tekun menjawab soal yang diajukan tadi. Sungguh aneh bin ajaib, apa yang tadi pagi saya baca, seakan terpampang kembali di depan mata saya. Kalimat demi kalimat yang telah saya baca di Buku Biologi itu, dengan lancarnya saya salin kembali di atas lembar jawaban saya.
Dan hasilnya? Yang pasti ga do re mi fa lah, apalagi ndog alias nol, hiii…. amit-arif deh ulangan dapat nol. Kalau murid TK bolehlah dapat nol sebab kelas mereka kan hanya dua, yaitu nol kecil dan NOL BESAR. Ini baru asli ngelantur….
Berangkat dari pengalaman hari itu, saya berkesimpulan, “Oh… rupanya cara belajar yang baik itu seharusnya seperti ini.” Sebelum suatu bab pelajaran dibahas di kelas, sebaiknya kita sudah membaca bab tersebut dalam buku teks yang kita miliki terlebih dahulu. Dengan membaca terlebih dahulu “buku pegangan” maka kita sudah punya “modal awal” untuk “bertempur”. Maksudnya kita datang ke sekolah atau ke kampus sudah punya bekal untuk “mencocokkan” antara apa yang kita dapat dari buku teks tadi dengan materi dari guru atau dosen yang akan menguliahi kita.
Meskipun tidak seratus persen materi mampu kita pamahi dari buku yang kita baca tadi, paling tidak akan memudahkan pemahaman bagian-bagian yang sulit, dibandingkan dengan jika kita datang ke kelas dengan “otak kosong” atau tanpa bekal bahan pelajaran sedikitpun.
Keuntungan kita membekali diri dengan ilmu dari buku teks atau bahan-bahan rujukan lainnya saat berada di kelas adalah kita akan tahu seberapa profesionalnya guru atau dosen kita. Jika kita hadir di kelas tanpa basic sama sekali, maka ketika guru atau dosen keliru menjelaskan atau menguraikan suatu subjek, kita tidak akan tahu apakah itu salah atau tidak.
Oleh karena itu bacalah buku teks yang kita miliki. Jangan hanya dijadikan pajangan di atas meja belajar. Sedikit membaca, sedikit tahu. Banyak membaca, banyak tahu. Tidak membaca, tidak ada yang kita tahu. Apalagi kalau buku dibaca pada malam hari sebelum ulangan atau ujian yang istilah kerennya adalah SKS=Sistem Kebut Semalam, niscaya ilmu yang kita dapat hanya sebatas malam itu saja. Selesai ujian, otak pun kembali kosong seperti sedia kala.
Selamat membaca dan belajar.
0 komentar:
Posting Komentar